Zainal Abidin, S.Pd.,M.Pd |
MIZANNEWS.ID -- Salah satu kebiasaan baik yang perlu dimiliki manusia adalah membaca. Tinjauan apa pun yang kita gunakan untuk memandang kebiasan membaca ini akan bertemu juga dengan kebaikannya. Dari sisi spiritual perintah pertama turun kepada Nabi Yang Mulia Muhammad SAW adalah membaca. Membaca yang oleh ahlinya ditafsirkan bukan dalam arti sempit —seperti membaca teks atau buku—tetapi dalam arti luas: membaca tanda-tanda alam, peristiwa, dan kehidupan itu sendiri. Dari segi pengembangan kognitif, membaca diyakini akan meransang daya nalar. Dari sisi pengembangan karakter, membaca dapat mengembangkan kepekaan, rasa empati, dan berbagai karakter mulia lainnya. Bahkan dari segi kesehatan, membaca dapat mengurangi stress, meningkatkan kesehatan otak, mencegah penurunan fungsi otak (dimensia) dan lain-lain.
Isu yang mengemuka tentang pelajar Indonesia belakang ini adalah tentang literasi di mana membaca adalah pondasi sekaligus pintu utamanya. Kemampuan membaca pelajar Indonesia masih sangat rendah. Bahkan menurut Programme for International Student Assessment (PISA) 2022 kemampuan membaca pelajar Indonesia berada di bawah rata-rata Internasional. Dengan skor rata-rata 359 poin, pelajar Indonesia hanya berada sedikit di atas Kamboja (329 poin), tetapi masih di bawah dari Thailand bahkan Vietnam, yang masing masing memeroleh skor 379 poin dan 462 poin. Secara global Indonesia berada di sekitar peringkat ke-71 dari 81 negara. (Sumber: https://l1nq.com/oed6V dan https://bit.ly/3Ha6xqj).
Dari penjelasan di atas, kita telah memahami betapa pentingnya membaca. Di sisi lain kita juga dapatkan bahwa kemampuan membaca pelajar Indonesia begitu rendah, Ini adalah sebuah paradoks yang tidak boleh dibiarkan. Rendahnya kemampuan membaca akan membawa pengaruh pada rendahnya kemampuan bernalar. Padahal kemampuan bernalar (kritis) sangat dibutuhkan dalam menjalani kehidupan. Dalam konteks global. kemampuan bernalar kritis merupakan modal menghadapi persaingan antar bangsa. Apa penyebab utama rendahnya kemampuan membaca pelajar Indonesia? Apa pula yang harus dilakukan untuk memperbaikinya?
Penyebab Rendahnya Kemampuan Membaca
Rendahnya kemampuan membaca pelajar kita harus diatasi. Oleh karena itu, untuk dapat menemukan solusi dari permasalahan ini, perlu kita lihat apa sebenarnya yang menyebabkan rendahnya kemampuan membaca tersebut.
Berdasarkan berbagai penelitian dan laporan, baik dari sumber resmi seperti UNESCO, OECD, maupun kajian lokal terdapat beberapa penyebab rendahnya kemampuan membaca pelajar Indonesia, sebagai berikut.
1. Keterbatasan Akses Buku dan Sumber Bacaan
Banyak sekolah dan rumah di daerah tertentu dalam kondisi minim buku dan bahan bacaan yang menarik dan berkualitas. Ketersediaan buku yang terbatas membuat anak-anak kurang tertular dengan kebiasaan membaca.
2. Minimnya Kebiasaan Membaca Sejak Dini
Kebiasaan membaca belum menjadi budaya keluarga dan masyarakat luas. Anak-anak tidak terbiasa membaca sebagai aktivitas rutin, sehingga kemampuan mereka tidak berkembang dengan baik.
3. Kualitas Pengajaran Membaca yang Kurang Optimal
Metode mengajar membaca di beberapa sekolah masih tradisional dan kurang menarik, sehingga murid tidak termotivasi untuk membaca secara aktif dan mendalam.
4. Kurangnya Motivasi dan Minat Membaca
Anak-anak sering kali tidak menemukan alasan kuat untuk membaca, karena kurangnya pengaitan materi dengan dunia mereka atau karena pengaruh teknologi yang lebih menarik seperti gawai dan media sosial.
5. Faktor Bahasa dan Kesulitan Pemahaman
Bahasa pengantar yang digunakan di sekolah kadang berbeda dengan bahasa sehari-hari anak, sehingga menyulitkan pemahaman teks. Selain itu, teks bacaan kadang terlalu sulit bagi kemampuan membaca murid.
Berbagai Alternatif Solusi
Berbagai penyebab rendahnya kemampuan membaca pelajar Indonesia saling berpadu dan memperparah keadaan. Jika tidak segera diatasi akan menyebabkan semakin tertinggalnya bangsa ini. Berdasarkan pemahaman tentang penyebab rendahnya kemampuan membaca, kita dapat mencari solusi untuk segera mengatasinya.
1. Meningkatkan akses dan ketersediaan buku serta bahan bacaan.
Sekolah yang merupakan pusat belajar memegang andil yang sangat besar untuk pengembangan budaya baca para pelajar. Keuntungannya adalah bahwa umumnya sekolah telah memiliki perpusatakaan yang dilengkapi dengan berbagai judul buku. Pengelola perpustakaan, hanya perlu menjamin ketersedian bahan bacaan yang beragam. Penting diupayakan agar judul buku bervariasi dan pelajar mendapatkan buku yang lain jika buku yang satu telah telah rampung dibaca. Dalam lingkup kota, pemerintah perlu menyediakan perpustakaan yang representatif, bukan hanya untuk pelajar tapi untuk seluruh masyarakat.
2. Mengembangkan budaya membaca sejak dini.
Kebiasaan membaca tidak bisa diharapkan muncul serta-merta. Kebiasaan ini harus dibangun sejak anak dapat mengenal huruf. Berhubung anak sangat terpengaruh kepada contoh di sekitarnya, maka orang tua semestinya terlebih dahulu suka membaca. Apa yang dilakukan oleh Prof Quraisy Shihab dalam membiasakan keluarganya untuk membaca, menarik dijadikan teladan. Salah satu cara beliau adalah dengan memberikan hadiah berupa buku pada moment-moment tertentu.
Setelah keluarga, lingkungan sekolah perlu mengembangkan budaya baca para pelajar. Setelah tersedianya perpustakaan sekolah yang menyediakan bahan bacaan bagi pelajar, sekolah perlu menindaklanjuti bacaan mereka.
3. Meningkatkan kualitas metode pengajaran membaca.
Pengajaran membaca perlu pendekatan yang lebih interaktif, kreatif, kontekstual, dan menyenangkan agar pelajar tertarik dan memahami bacaan. Berikut beberapa contoh kegiatan yang dapat dilakukan:
- membacakan cerita dengan ekspresi.
- mengenalkan huruf secara alami lewat permainan atau lagu.
- mengembangkan kemampuan mengenali bunyi- bunyi awal (fonem),
- melatih keterampilan motorik halus (menulis/mewarnai).
- membiasakan anak melihat teks di lingkungan sekitar (misalnya label nama, papan tulis, buku bergambar).
4. Meningkatkan motivasi membaca.
Motivasi membaca dapat ditingkatkan dengan mengaitkan bacaan dengan minat dan dunia keseharian pelajar. Selain itu kompetisi yang berkaitan dengan kegiatan membaca ini dapat dilaksanakan untuk menarik minat pelajar. Salah satu contoh adalah mengadakan lomba menceritakan hasil bacaan—sebagaimana pernah dilakukan di sekolah tempat penulis bertugas. Berbagai inovasi lainnya dapat dilakukan sekolah sesuai dengan kondisi dan karakter sekolah masing-masing.
5. Menciptakan lingkungan membaca yang kondusif.
Perlu diupayakan agar pelajar dapat menikmati kegiatan membacanya. Mereka perlu difasilitasi dengan lingkungan yang membuat mereka betah membaca seperti ruang baca nyaman, bebas gangguan, dan suasana yang mendukung konsentrasi.
Demikianlah pembahasan tentangan membaca pelajar kita serta alternatif solusinya. Anda mungkin memiliki alternatif lain yang dapat memperkaya solusi yang telah ditawarkan lewat tulisan ini. Semua itu akan berdampak bagi peningkatan kemampuan membaca pelajar kita. Tanda-tanda kearah perbaikan skor membaca sebenarnya telah ada, tinggal dibutuhkan upaya yang teus menerus tanpa bosan. Semoga kita dapat menjadi bagian dari upaya tersebut. Terimakasih.
(Penulis adalah guru SMP Negeri 11 Parepare, Penulis buku “Belajar dari Alam Menuju Hidup yang Lebih Bijaksana”)