Pasang Iklan Anda Di Sini
Scroll untuk melanjutkan membaca
Ad

Kembali ke Esensi Pendidikan: Refleksi atas Tren Wisuda di mana -mana


 Oleh: Dr. Putri Dewi, S.Pd.I., M.Pd. - Dosen STAI DDI Parepare

MIZANNEWS, Setiap akhir tahun ajaran, sekolah-sekolah dari berbagai jenjang menggelar acara perpisahan. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, muncul fenomena yang patut kita renungkan bersama: anak-anak Taman Kanak-Kanak, bahkan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), kini ikut diwisuda. Mereka berdiri di atas panggung, mengenakan toga mini dan selempang bak sarjana, lengkap dengan sesi foto mewah dan venue megah—dari hotel berbintang hingga tempat rekreasi yang eksklusif. Tentu saja, semua ini datang dengan biaya yang tak murah.

Pertanyaannya: benarkah ini esensi pendidikan?

Secara historis, istilah wisuda adalah tradisi akademik dari dunia perguruan tinggi. Ia merupakan bentuk pengukuhan resmi setelah seseorang menamatkan pendidikan tinggi—sarjana, magister, doktor. Akar katanya berasal dari bahasa Sanskerta, berarti pelantikan atau pengesahan. Dalam konteks modern, wisuda adalah momen simbolis untuk menandai pencapaian ilmiah yang serius.

Namun kini, maknanya kian meluas, bahkan cenderung menyimpang. Wisuda telah menjelma menjadi "ritual kelulusan" untuk semua jenjang, termasuk anak usia lima tahun yang mungkin belum sepenuhnya memahami alfabet, apalagi konsep akademik. Mereka diperlakukan layaknya lulusan universitas, lengkap dengan pidato dan dokumentasi profesional. Ini tentu mengundang tanya: apakah kita sedang merayakan pendidikan atau sekadar mengejar simbol semu?

Tidak bisa dimungkiri, semua orang tua ingin memberikan yang terbaik bagi anaknya. Tapi di sinilah letak persoalan yang perlu dicermati secara jernih. Ketika perayaan kelulusan berubah menjadi ajang formalitas penuh gengsi dan pengeluaran, kita justru menjauh dari semangat pendidikan itu sendiri. Bahkan, sejumlah pemerintah daerah seperti Jakarta, Surabaya, dan Makassar sudah mengeluarkan imbauan agar perpisahan dilakukan secara sederhana di lingkungan sekolah. Bukan tanpa alasan—karena ketika biaya menjadi beban, maka pendidikan yang seharusnya inklusif bisa berubah menjadi ajang eksklusivitas.

Kita perlu sadar bahwa pendidikan adalah hak semua anak, bukan hak istimewa bagi yang mampu secara finansial. Perayaan kelulusan yang mahal berpotensi menciptakan diskriminasi sosial. Anak-anak dari keluarga kurang mampu bisa merasa tertinggal hanya karena tak ikut "tampil" di atas panggung mewah. Padahal, semangat pendidikan Indonesia pada masa lalu—saat teknologi belum secanggih sekarang—justru melahirkan generasi tangguh dan berkarakter. Tidak ada wisuda TK, tapi ada nilai-nilai seperti kerja keras, hormat pada guru, dan kesederhanaan yang kuat.

Ki Hajar Dewantara mengingatkan bahwa pendidikan harus memerdekakan, bukan membebani. Ia menekankan pentingnya pembentukan budi pekerti, kecerdasan, dan rasa kebangsaan. Maka sudah selayaknya kita bertanya kembali: apakah seremoni itu mencerminkan kemajuan karakter anak, atau sekadar pencitraan orang tua?

Prof. Dr. Arief Rachman, seorang tokoh pendidikan Indonesia, pernah berkata, “Pendidikan bukan untuk mengejar status sosial, tetapi untuk membentuk karakter dan perilaku.” Dengan semangat itu, perpisahan sekolah yang ideal seharusnya lebih menekankan nilai dan makna daripada panggung dan pesta. Acara akhir tahun bisa dirancang lebih sederhana, kreatif, dan edukatif—digelar di sekolah dengan melibatkan guru, siswa, dan orang tua dalam suasana kekeluargaan.

Kita sesungguhnya memiliki budaya luhur: gotong royong, kesederhanaan, saling menghargai. Nilai-nilai inilah yang seharusnya menjadi dasar dari setiap kegiatan pendidikan, termasuk perpisahan sekolah. Kini saatnya kita kembali ke esensi pendidikan: menumbuhkan karakter, bukan gengsi; menghargai proses, bukan seremoni; dan menyadari bahwa keberhasilan anak tidak ditentukan oleh kemegahan wisuda, tapi oleh ilmu yang mereka serap dan manfaat yang kelak mereka bawa bagi sesama.

Baca Juga
Berita Terbaru
  •  Kembali ke Esensi Pendidikan: Refleksi atas Tren Wisuda di mana -mana
  •  Kembali ke Esensi Pendidikan: Refleksi atas Tren Wisuda di mana -mana
  •  Kembali ke Esensi Pendidikan: Refleksi atas Tren Wisuda di mana -mana
  •  Kembali ke Esensi Pendidikan: Refleksi atas Tren Wisuda di mana -mana
  •  Kembali ke Esensi Pendidikan: Refleksi atas Tren Wisuda di mana -mana
  •  Kembali ke Esensi Pendidikan: Refleksi atas Tren Wisuda di mana -mana
Posting Komentar
Ad
Ad